Dari Sungai Penuh, Suara Buruh Mengalir untuk Indonesia, “Tentang Kerja, Martabat, dan Harapan”

Tak Berkategori507 Dilihat

MALALAI POS, SUNGAI PENUH– Di antara kabut pagi dan gemericik aliran Batang Merao, Hari Buruh Internasional 1 Mei 2025 disambut dengan sunyi yang bermakna di Kota Sungai Penuh. Tak ada keramaian, tak ada orasi. Tapi di balik kesunyian itu, suara hati para buruh mengalir pelan, jujur, dan dalam — menyampaikan harapan mereka untuk Indonesia.

Bagi buruh di kota pegunungan ini, kerja adalah bagian dari hidup yang dijalani dengan ikhlas dan penuh tanggung jawab. Mereka tidak banyak menuntut, tidak pula menolak perubahan. Tapi mereka berharap negeri ini tidak lupa, bahwa di balik pertumbuhan ekonomi dan pembangunan, ada tangan-tangan yang bekerja senyap agar semuanya tetap berjalan.

“Semoga Indonesia semakin berpihak pada yang kecil. Kami di sini tidak mencari kekayaan, hanya ingin hidup cukup, anak sekolah, dan hari tua yang tenang,” ujar Pak Mahmud, seorang buruh kebun yang telah puluhan tahun menggantungkan hidup dari tanah dan musim.

Buruh-buruh di Sungai Penuh adalah wajah Indonesia yang jarang terdengar: mereka yang bekerja di ladang, pasar, warung, dan bengkel-bengkel kecil. Mereka yang tidak masuk layar berita, tapi tanpa mereka, roda kehidupan sehari-hari tak akan berputar.

Hari Buruh bagi mereka bukan tentang demonstrasi atau poster-poster tuntutan, tapi tentang perenungan. Tentang harapan yang diam-diam mereka panjatkan: agar kerja keras tak lagi berbanding terbalik dengan kesejahteraan; agar pemerintah dan pengusaha memberi ruang untuk hidup yang lebih adil dan manusiawi.

“Kalau kerja sudah jujur, mestinya negara hadir dengan perlindungan. Bukan cuma untuk pegawai negeri atau buruh pabrik besar, tapi juga kami yang hidup di daerah,” ucap Ibu Sari, juru masak kantin sekolah yang tak pernah absen meski gaji pas-pasan.

Dari kota kecil yang sejuk ini, suara buruh mengalir seperti sungai: tenang, tapi mengandung kekuatan. Hari ini mereka tidak bersuara keras, tapi harapan mereka sampai: untuk Indonesia yang tidak hanya tumbuh, tapi juga memeluk semua yang ikut membesarkannya.

Satu Mei di Sungai Penuh adalah tentang diam yang berbicara. Tentang mereka yang tetap bekerja, tetap berharap, dan tetap percaya — bahwa negeri ini akan semakin mengerti arti dari kerja yang bermartabat.

PNF/WL

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *