MALALAI POS, SUNGAI PENUH –
Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun ini kembali menjadi momentum reflektif bagi dunia pendidikan Indonesia. Di tengah semangat “Bergerak Bersama, Lanjutkan Merdeka Belajar”, tantangan nyata di lapangan masih menyisakan pekerjaan rumah besar: ketimpangan akses, kualitas, dan keberpihakan pada daerah-daerah pinggiran.
Malalai Pos mencatat bahwa di berbagai pelosok negeri, ribuan siswa masih berjuang belajar dalam keterbatasan dari ruang kelas yang tak layak, jaringan internet yang nyaris tidak ada, hingga kurangnya guru tetap. Meski kebijakan pendidikan terus bergulir, perubahan belum sepenuhnya menyentuh akar persoalan.
Pendidikan seharusnya menjadi hak, bukan sekadar peluang. Ia bukan untuk yang mampu saja, melainkan untuk siapa pun yang ingin belajar. Ki Hajar Dewantara telah lama mengajarkan bahwa pendidikan adalah alat pemerdekaan, bukan beban komersialisasi.
Hari ini, 2 Mei 2025, Malalai Pos mengajak semua pihak untuk tidak larut dalam seremoni. Hardiknas harus menjadi peringatan akan janji yang belum ditepati: pendidikan yang merata, bermutu, dan berkeadilan.
Sebab, masa depan Indonesia bukan hanya ditentukan oleh kurikulum, tetapi oleh sejauh mana anak-anak bangsa diberi ruang tumbuh secara setara.
WL/PNF